Suatu malam aku berada dalam sebuah kamar kecil berukuran 4x3 meter berlokasi di sebuah kota kecil,Pasuruan.Aku duduk dalam sebuah belaian malam yang suasananya hampir tak beda jauh sejak aku masuk kedalam kamar tersebut.Sendiri, tanpa siapapun menemani dalam kebekuan malamku.
Sebuah kesendirian tak berkawan kecuali dengan laptop berisi lagu senduh.Bukan apa-apa,hanya ingin menikamati masa sendiri lebih berisi.Bukankah menangis pada Gusti Allah sambil mengingat warna-warni perjalanan hidup lebih bernilai daripada mengisi hidup dalam keramaian tanpa makna.Mumpung masih sendiri!.
Maaf!mungkin aku bisa dikatakan pelupa,atau mungkin daya ingatku sangat lemah karena sangat jarang bisa mengingat suasana hatiku pada malam-malamku sebelumnya,tapi bagiku Alhamdulillah karena bisa lebih bersyukur berada di kamar bernilai 200 rupiah perbulannya tersebut.
Mungkin inilah perasaan manusia yang sering ditutupi oleh rasa capek dan kesibukan serta rutinitas harian yang terkadang dengan himpitan persaingan atau hirup pikuk kedaaan yang senantiasa menghiasainya hari demi hari.
Nafsu yang menggelayut sering menjadi penutup mata hati yang membuat kita terkadang lupa untuk berucap syukur kepada semua yang telah kita terimah dari-Nya.

Roda zaman yang terus berputar serta masa yang silih berganti dan matahari yang masih ikhlas mengawal sang siang dengan sinarnya adalah anugerah terindah yang wajib selalu kita syukuri .
Gusti Allah,senantiasa memberikan kasih sayangnya terhadap semua hambaNya di muka bumi ini.Namun,tak pernahkah kita peduli dengan apa yang kita kerjakan,tak pernahkah muncul dalam benak kita, bagaimana seharusnya menjadi hamba dengan nikmat yang melimpah.
Sadarkah,jika perjalanan ini hanya sebatas singgah alias mampir untuk sementara waktu setelah kita di-ada-kan di alam raya milik gusti Allah ini.Menangis menjerit kala kita pertama kali mbrojol dari dalam rahim perempuan yang kemudian kita kenal dengan panggilan Bunda,Mama,Umi atau Emak.
Rasa sepi yang aku alami atau siapapun yang mengalaminya adalah keadaan yang setiap insan di alam raya ini pernah menjalaninya.Dalam sebuah kesunyian tanpa kata,atau dalam kata tanpa jiwa.
Pada siapapun yang bisa menyikapi dengan rasa sabar dan positif thinking terhadap semuanya,resapan kenikmatan akan sangat terasa.Bukankah akan datang juga kesendirian abadi pada semua makhluk bernyawa di dunia ini.
“Kullu nafsin dzaa iqatul maut….-Setiap yang bernyawa akan merasakan mati….-” (QS. Ali Imran [3]: 185).
Aku tak pernah merencanakan dan menskenario alur cerita kehidupan,karena Gusti Allah Maha Bijaksana tahu setiap gerak langkah hati yang selalu mendengung seiring do’a yang keluar dari mulut kita.
” … Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. “(Q.S. Al Baqarah :216)
Menyebrang di jalan raya sebelum kendaaran lalu lalang sepi adalah perbuatan bodoh yang berawal dari kekurangsabaran.Tetapi menunggu dengan sabar sepinya kendaraan adalah perbuatan yang pasti membuahkan hasil meski butuh modal tekad penuh perhitungan untuk mengambil keputusan.
Ini pelajaran dan sebuah keyakinan sebagai wayang yang berusaha tertib dan beriman serta rasa sayang pada sesama sebagaimana diajarkan penghulu kita Rosulillah.
Aku sering berfikir dengan apa bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain?.
Dengan apa bisa membuat orang lain tersenyum?
Apakah dengan tawa dan lelucon ?
Apa dengan harta atau hanya sekedar kata sejuk yang membuat orang senyum hingga tertawa terbahak-bahak karena senang melihat kita?.
Para Ulama dan para kekasih Allah seakan tak pernah,padahal secara jasmaniah mereka tak lagi hidup bersama kita.Makam beliau selalu ramai dikunjungi para peziarah layaknya rumah yang patut disowani karena kebaikan orangnya.
Berbuat baik dan memberi cinta yang besar pada umat adalah salah satu kebaikan yang pantas dikenang hingga kapanpun.Mereka yang selalu memberikan manfaatnya bagi manusia-manusia lainnya adalah yang tetap hidup bersama kita.Dan bukan sebaliknya,menjadi mayat meski belum mati akibat keburukan kita dan ketidaknyamanan orang lain terhadap ke-ada-an kita.Naudzubillahi min dhaliq
Malam ini dan malam malam yang akan engkau lewati adalah malam dimana tak akan ada lagi tangis karena duka,tetapi ada tangis karena ibadah.
Ditulis untuk Diingat